Seni Budaya 2 menit membaca

Dumadi Gelar Diskusi 100 Tahun Surrealisme, Hadirkan Prof Dwi Marianto dan Kurator Oei Hong Djien

Dumadi Gelar Diskusi 100 Tahun Surrealisme, Hadirkan Prof Dwi Marianto dan Kurator Oei Hong Djien
Narasumber serta peserta diskusi/dwi

JOGJABROADCAST-YOGYAKARTA – Lembaga kebudayaan Dumadi kembali menegaskan komitmennya untuk membuka ruang dialog bagi seniman dan budayawan di Yogyakarta. Kali ini, komitmen tersebut diwujudkan melalui Diskusi Bersama yang mengambil tema Merefleksi 100 Tahun Surrealisme Andre Breton, yang digelar Senin (11/8/2025) di Emersia Malioboro Hotel, Yogyakarta.

 

Diskusi menghadirkan dua narasumber utama: staf pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Prof M Dwi Marianto MFA Ph D, dan kurator seni ternama dr Oei Hong Djien. Acara dipandu moderator Heri Kris.

 

Para pembicara membedah sejarah kelahiran surealisme—aliran seni yang lahir di Paris pada 1924 melalui gagasan Andre Breton—serta pengaruhnya hingga ke Yogyakarta. Prof Dwi menekankan bahwa surealisme bukan sekadar karya absurd atau tak masuk akal, melainkan gerakan intelektual dalam seni rupa dan sastra yang menyebar ke seluruh dunia.

 

“Yogyakarta bagi saya adalah kota surealisme,” ucap Prof Dwi, disambut tawa peserta. Ia membandingkan pusat kota di luar negeri yang umumnya berupa taman hijau, sementara Yogyakarta memiliki alun-alun berhampar pasir. Menurutnya, setidaknya ada sembilan poin eksplorasi untuk melahirkan karya surealisme, mulai dari permainan simbolisme hingga ide yang menabrak logika gravitasi.

 

Menjawab pertanyaan peserta, Prof Dwi menyebut unsur surealisme sebenarnya telah lama hadir dalam budaya Jawa, seperti dalam seni wayang kulit.

 

Sementara itu, dr Oei Hong Djien menyoroti pentingnya batasan dalam menafsirkan surealisme pada karya seni rupa. Sebagai kolektor yang menyimpan banyak karya surealisme, ia menganggap genre ini sebagai “dunia impian” yang kaya akan fantasi, namun tetap memiliki struktur.

 

Acara turut dimeriahkan penampilan spesial musisi Adira.

 Direktur Eksekutif Dumadi, Dwijo Suyono, berharap diskusi ini menjadi pintu dialog yang lebih luas, agar seni dan budaya Yogyakarta terus berkembang.

 

General Manager Emersia Malioboro Hotel, Totok Budiyanto, juga menyatakan dukungan penuh. “Pariwisata Yogyakarta bertumpu pada kekuatan seni dan budaya. Kami senang bisa menjadi bagian dari kegiatan ini,” ujarnya.(nad)