Seni Budaya 4 menit membaca

Pecinta Kebaya Solo Gandeng Harpi Melati Surakarta Gelar Fashion Show Bertema Romansa Kebaya

Pecinta Kebaya Solo Gandeng Harpi Melati Surakarta Gelar Fashion Show Bertema Romansa Kebaya
Kolaborasi Komunitas Pecinta Kebaya Solo dengan Harpi Melati Surakarta menampilkan fashion show aneka kebaya khas Solo/ist

JOGJABROADCAST, Solo – Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-6 Komunitas Pecinta Kebaya Solo (PKS), berkolaborasi dengan Himpunan Rias Pengantin Indonesia (Harpi Melati) Surakarta menampilkan fashion show aneka kebaya di Surakarta Hadiningrat, di Gedung Wanita Solo, pada Selasa (4/2/2025).

Acara yang mengusung tema ‘Romansa Kebaya’ itu, bersamaan dengan momen jelang HUT ke-40 Sasana Krida Kusuma atau Gedung Wanita. Selain fashion show, rangkaian kegiatan yang melibatkan puluhan anggota Pecinta Kebaya Solo juga ditampilkan dengan indah dan memukau. Diantaranya tarian tradisional, hingga paduan suara. Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Wali Kota Surakarta, Teguh Prakosa, yang turut memberikan apresiasi kepada Komunitas Pecinta Kebaya Solo.

“Melalui kegiatan ini kami ingin menunjukkan bahwa dengan berkebaya kita akan terlihat lebih cantik, anggun, dan luwes. Terlebih kebaya adalah warisan nenek moyang kita, yang harus kita lestarikan bersama. Terutama Kebaya Solo, karena kebaya Solo merupakan warisan nenek moyang kita yang harus kita jaga kelestariannya,” ungkap Umi Napsiatun, S.Pd., M.Pd., Ketua Panitia acara HUT ke-6 Pecinta Kebaya Solo.

Ditambahkan Umi Napsiatun, keterlibatan Harpi Melati Surakarta dalam fashion show kebaya, tak lain untuk lebih mengenalkan khasanah kebaya Jawa. Sekaligus ingin menunjukkan bahwa para Pecinta Kebaya Solo tak hanya mengenakan satu macam kebaya, tapi ada beberapa model kebaya khas Solo. Baik yang berbahan beludru, maupun brokat. Adapun para perias dalam Harpi Melati Surakarta yang tampil kali ini adalah perias ternama di kota Solo. Mereka diantaranya Tatik Adinata, Amitya Sari, Anggun, Lestari, Iyum Make Over, Emi Indrawati, Keisha dan Maura.  

“Penampilan mereka mulai dari kebaya yang bermotif bunga-bunga, Kutu Baru, lengkap memakai angkin, selendang dengan slop terbuka bagian depan, serta menggunakan sanggul tusuk konde. Khusus yang menggunakan brokat ber-Kutu Baru dilengkapi dengan memakai angkin dan selendang sebagai ciri khas gaya Solo. Tak ketinggalan kebaya berbahan beludru, yang pakemnya tanpa menggunakan selendang dengan slop yang tertutup dan warnanya menyesuaikan warna kebaya. Sedangkan sanggul yang dikenakan adalah Sanggul Bangun Tulak,” terang Umi Napsiatun yang juga Ketua Harpi Melati Surakarta.

Sementara itu, Ketua Pecinta Kebaya Solo, Yuni Ediningsih menjelaskan, berdirinya Pecinta Kebaya Solo berawal dari hampir dilupakannya busana kebaya oleh kalangan usia muda. Karena itulah dirinya tergerak mendirikan komunitas Pecinta Kebaya Solo yang dibentuk sejak tahun 2019 lalu, dengan tujuan untuk melestarikan atau nguri-uri budaya adiluhung. Anggota Pecinta Kebaya Solo sendiri terdiri dari berbagai kalangan, seperti perias, penari, notaris, pengusaha dan masih banyak lagi. Dan hingga saat ini jumlah anggota Pecinta Kebaya Solo sebanyak 50 orang.  

“Untuk bisa menjadi anggota Pecinta Kebaya Solo harus benar-benar cinta dengan berkebaya jangkep. Kita berharap melalui kegiatan seperti ini komunitas kami semakin berkembang dan mampu menginspirasi anak muda untuk ikut berkebaya atau tidak melupakan busana leluhur kita,” ungkap Yuni Ediningsih.  

Nur Retno Ari Wulan, General Manager Sasana Krida Kusuma dalam sambutannya menyampaikan, kali ini merupakan momen yang sangat spesial dan bersejarah. Yaitu HUT ke-6 Pecinta Kebaya Solo, sekaligus menandai pra event sebagai rangkaian menuju puncak HUT ke-40 Sasana Krida Kusuma (Gedung Wanita). Dengan mengusung tema ‘Romansa 40 Tahun Sasana Krida Kusuma’.

“Siang hari ini kami mengadakan event collaboration antara Sasana Krida Kusuma dengan Pecinta Kebaya Solo dalam balutan Romansa Kebaya. Penghargaan setinggi-tingginya kami haturkan kepada Komunitas Pecinta Kebaya Solo yang terus berkomitmen dan membuktikan kecintaannya terhadap kebaya selama 6 tahun terakhir. Termasuk melestarikan kebaya sebagai simbol kekuatan, kemurnian, keanggunan, serta kebanggaan budaya dan tradisi Indonesia,” ujar Nur Retno Ari Wulan.

Sementara itu, Lenny Andoko, salah satu Anggota Pecinta Kebaya Solo menambahkan, sangat mengagumi keberadaan Pecinta Kebaya Solo atas konsen-nya untuk menggunakan tata busana adat Solo yang benar dan pakem. Yaitu menggunakan konde atau sanggul, kebaya kutu baru, selendang dan jarit nyamping wiron sebagai peninggalan budaya dari para leluhur yang harus dilestarikan.

“Dengan adanya Komunitas Pecinta Kebaya Solo ini, saya percaya dan yakin bahwa komunitas ini bisa menginspirasi sekaligus mengingatkan kepada generasi muda, bahwa kita mempunyai busana yang sangat elok, dan elegan. Bahkan sekarang mulai banyak anak muda yang mencintai kebaya. Ini menunjukkan bahwa Pecinta Kebaya Solo betul-betul mengawali dan konsen dengan tata busana kebaya Solo,” ungkap Lenny Andoko yang juga Pemerhati Busana Solo. (dy)