JOGJABROADCAST-Yogyakarta, 29 Juli 2025 – Perempuan dan anak di Papua tidak hanya menjadi bagian dari kelompok rentan, tetapi juga memiliki peran strategis sebagai pilar ketahanan nasional. Inilah pesan utama yang mengemuka dalam webinar nasional bertajuk “Memperkuat Peran Perempuan dan Anak di Papua sebagai Pilar Ketahanan Nasional dalam Bingkai Wawasan Kebangsaan” yang diselenggarakan oleh Alumni Taplai (Program Pemantapan Nilai Kebangsaan/PPNK) LEMHANNAS RI Angkatan 218.
Acara yang digelar secara daring melalui Zoom Meeting ini menghadirkan sejumlah tokoh perempuan inspiratif dan pegiat advokasi dari berbagai daerah, dengan tujuan menggali isu-isu krusial yang dihadapi perempuan dan anak di Papua, sekaligus merumuskan rekomendasi kebijakan yang inklusif dan berkeadilan.
Dalam paparannya, Dr. Wahyu Riawanti, MP. dari Badan Diklat DIY, menekankan pentingnya pendekatan neurobehavior dan social neuroscience dalam pemberdayaan perempuan. “Perempuan adalah agen perubahan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam konteks neuroplastisitas, masa kanak-kanak adalah fase emas pembentukan karakter bangsa. Di sinilah peran ibu dan pengasuh menjadi sangat vital,” ujarnya.
Sementara itu, Sofia Maipauw, S.H. dari Lembaga Pemberdayaan dan Advokasi Perempuan (LPAP) Papua Barat Daya menyoroti pentingnya kehadiran negara dalam mendampingi program pemberdayaan di Papua. “Kami butuh program yang bukan hanya hadir di atas kertas, tapi dikawal dan dijalankan dengan hati,” tegas perempuan yang akrab disapa Kak Poppy ini.
Narasumber ketiga, Elna Febi Astuti, S.H. dari Noken Solutions, membagikan pendekatan kreatif dalam pemberdayaan perempuan melalui seni budaya, dialog lintas iman, serta pelatihan pengembangan mental. Tayangan dokumenter pendek yang ia tampilkan menggambarkan kegiatan nyata yang telah dilakukan bersama komunitas lokal.
Tak kalah menggugah, dua perempuan Papua, Kak Oda dan Kak Supiani, turut berbagi kisah nyata dari lapangan. Cerita mereka menyentuh sisi emosional audiens, memperlihatkan bahwa di balik tantangan besar, tersimpan semangat perjuangan yang luar biasa.
Moderator acara ini adalah Yudiswara Ayu Permatasari, M.Phil, dosen ISI Yogyakarta dengan Dr. Yayuk Hidayat, M.Sc. dari Universitas Yogyakarta sebagai host utama. Webinar ini juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan multi-platform Alumni Taplai 218, termasuk dialog publik, talk show radio, hingga program televisi.
Panitia melalui Dr. Hani Subagio, M.Sc. selaku ketua Pusat Studi Pancasila UPN Veteran Yogyakarta menyatakan bahwa luaran dari kegiatan ini akan dituangkan dalam bentuk rekomendasi kebijakan kepada pemerintah pusat dan daerah, dokumen seminar dan makalah ilmiah, serta pembentukan jaringan kolaboratif lintas sektor. “Dialog ini bukan hanya diskusi, tapi panggilan moral untuk menguatkan kesatuan bangsa melalui pengarusutamaan peran perempuan dan anak Papua,” ungkapnya.(*/dwi)